Selasa, 28 Mei 2013

Melukis Aktivitas Nelayan Menggunakan Cat air

Mungkin saat ini Anda mulai sependapat dengan saya. Bahwa melukis dengan cat air adalah aktivitas yang sangat menyenangkan. Sulitkah? Ternyata tidak. Karya-karya cat air yang saya tampilkan dalam blog ini membuktikan bahwa cat air adalah media yang hebat untuk melukis obyek apapun.
Mungkin saat ini Anda mulai sependapat dengan saya. Bahwa melukis dengan cat air adalah aktivitas yang sangat menyenangkan. Sulitkah? Ternyata tidak. Karya-karya cat air yang saya tampilkan dalam blog ini membuktikan bahwa cat air adalah media yang hebat untuk melukis obyek apapun.
Sis and Bro, ada yang berbeda di akhir pekan ini. Selepas sholat Shubuh dan mandi, jam 6 pagi saya sudah pergi ke kolam renang kompleks dan berenang selama 2 jam. Saya merasa sangat fit, walaupun akibatnya kulit saya tampak lebih gelap. But it’s okay, pria berkulit gelap itu eksotik kan?
Agar cerita Sabtu ini bermanfaat juga buat Anda, mari ikuti aktivitas saya melukis dengan cat air “Menerjang Ombak” yang sudah saya tampilkan hasilnya di posting yang lalu.
1. Membuat Sketsa (Sketching)
Saya selalu memulai lukisan saya dengan sketsa (after saying “Bismillah”, of course). Saya tidak menggambar sketsa secara detil. Hanya sekedar memberikan batasan ide (boundary) supaya tema lukisan tidak nge-lantur kemana-mana. Yang paling penting, sketsa juga membantu kita menentukan center of interest dari lukisan kita. Tidak perlu detil, tetapi tetap harus memperhatikan komposisi dan keseimbangannya. Gunakan pensil HB agar kertas tidak cepat kotor.
Kurang lebih, seperti inilah sketsa yang saya buat. Sederhana kan?

Sketsa Menerjang Ombak
2. Sapuan Basah (Washing)
Setelah menyelesaikan sketsa, saya lanjutkan dengan pewarnaan sapuan basah pada kertas basah (teknik wet-in-wet, masih ingat kan?, -red). Saya membasahi obyek yang akan saya warnai dengan air bening, setelah itu baru saya sapukan warna yang saya inginkan.
Saya mulai dengan mewarnai para nelayan beserta pakaian mereka, lalu perahu yang sedang mereka tarik, baru kemudian latar belakangnya, yaitu air dan langit. Pada pewarnaan cat air, Anda bebas memulai pewarnaan dari mana saja. Hanya, yang perlu diingat, pewarnaan harus dimulai dari cerah ke gelap karena sifat cat air yang transparan. (Jangan terbalik ya).

Washing Menerjang Ombak
Ada sebagian pelukis cat air yang melakukan total wet-in-wet. Yaitu dengan membasahi seluruh area kertas, dan menyelesaikan lukisan mereka dengan warna-warna yang diinginkan sebelum kertas itu kering.
Tapi tentu saja saya belum semahir itu. Jadi saya mulai teknik wet-in-wet ini per obyek. Total wet-in-wet atau partial wet-in-wet akan menghasilkan sapuan yang sama, yaitu sapuan warna-warna yang lembut dan tampak pudar.
Tentu saja Anda bebas memilih teknik wet-in-wet yang Anda suka. Silakan coba sendiri.
3. Pelapisan Warna (Glazing)
Nah, tahap terakhir adalah proses pelapisan warna. Di sinilah saya mulai berkonsentrasi.
Di sini kita mulai memberikan efek tiga dimensi dari obyek yang kita lukis. Membuat bayangan, dan menambahkan detilnya. Pada tahap inilah kita akan menyempurnakan lukisan kita. Jadi, nikmati saja prosesnya.

Saya gunakan kuning, orange, coklat dan hitam untuk warna kulit orang Indonesia.
Untuk menggambarkan warna kulit (skin tone) orang Indonesia yang cenderung berkulit sawo matang atau gelap, saya mengandalkan warna kuning, orange dan coklat.

Paduan phthallo dan ultramarin untuk menggambarkan perahu.
Untuk menggambarkan warna perahu saya gunakan warna biru phthallo, biru ultramarin dan ungu purple untuk memberi efek segar.
Terakhir, saya juga menggunakan warna biru phthallo untuk warna air, dan ultramarin untuk bayangannya, serta sedikit warna kelabu untuk menggambarkan pasir laut.
Karena kemampuan saya yang masih amatir, saya menghabiskan 2 jam untuk seluruh proses pewarnaan. Bagaimana dengan Anda?

Happy watercoloring!
Sis and Bro, ada yang berbeda di akhir pekan ini. Selepas sholat Shubuh dan mandi, jam 6 pagi saya sudah pergi ke kolam renang kompleks dan berenang selama 2 jam. Saya merasa sangat fit, walaupun akibatnya kulit saya tampak lebih gelap. But it’s okay, pria berkulit gelap itu eksotik kan?
Agar cerita Sabtu ini bermanfaat juga buat Anda, mari ikuti aktivitas saya melukis dengan cat air “Menerjang Ombak” yang sudah saya tampilkan hasilnya di posting yang lalu.
1. Membuat Sketsa (Sketching)
Saya selalu memulai lukisan saya dengan sketsa (after saying “Bismillah”, of course). Saya tidak menggambar sketsa secara detil. Hanya sekedar memberikan batasan ide (boundary) supaya tema lukisan tidak nge-lantur kemana-mana. Yang paling penting, sketsa juga membantu kita menentukan center of interest dari lukisan kita. Tidak perlu detil, tetapi tetap harus memperhatikan komposisi dan keseimbangannya. Gunakan pensil HB agar kertas tidak cepat kotor.
Kurang lebih, seperti inilah sketsa yang saya buat. Sederhana kan?

Sketsa Menerjang Ombak
2. Sapuan Basah (Washing)
Setelah menyelesaikan sketsa, saya lanjutkan dengan pewarnaan sapuan basah pada kertas basah (teknik wet-in-wet, masih ingat kan?, -red). Saya membasahi obyek yang akan saya warnai dengan air bening, setelah itu baru saya sapukan warna yang saya inginkan.
Saya mulai dengan mewarnai para nelayan beserta pakaian mereka, lalu perahu yang sedang mereka tarik, baru kemudian latar belakangnya, yaitu air dan langit. Pada pewarnaan cat air, Anda bebas memulai pewarnaan dari mana saja. Hanya, yang perlu diingat, pewarnaan harus dimulai dari cerah ke gelap karena sifat cat air yang transparan. (Jangan terbalik ya).

Washing Menerjang Ombak
Ada sebagian pelukis cat air yang melakukan total wet-in-wet. Yaitu dengan membasahi seluruh area kertas, dan menyelesaikan lukisan mereka dengan warna-warna yang diinginkan sebelum kertas itu kering.
Tapi tentu saja saya belum semahir itu. Jadi saya mulai teknik wet-in-wet ini per obyek. Total wet-in-wet atau partial wet-in-wet akan menghasilkan sapuan yang sama, yaitu sapuan warna-warna yang lembut dan tampak pudar.
Tentu saja Anda bebas memilih teknik wet-in-wet yang Anda suka. Silakan coba sendiri.
3. Pelapisan Warna (Glazing)
Nah, tahap terakhir adalah proses pelapisan warna. Di sinilah saya mulai berkonsentrasi.
Di sini kita mulai memberikan efek tiga dimensi dari obyek yang kita lukis. Membuat bayangan, dan menambahkan detilnya. Pada tahap inilah kita akan menyempurnakan lukisan kita. Jadi, nikmati saja prosesnya.

Saya gunakan kuning, orange, coklat dan hitam untuk warna kulit orang Indonesia.
Untuk menggambarkan warna kulit (skin tone) orang Indonesia yang cenderung berkulit sawo matang atau gelap, saya mengandalkan warna kuning, orange dan coklat.

Paduan phthallo dan ultramarin untuk menggambarkan perahu.
Untuk menggambarkan warna perahu saya gunakan warna biru phthallo, biru ultramarin dan ungu purple untuk memberi efek segar.
Terakhir, saya juga menggunakan warna biru phthallo untuk warna air, dan ultramarin untuk bayangannya, serta sedikit warna kelabu untuk menggambarkan pasir laut.
Karena kemampuan saya yang masih amatir, saya menghabiskan 2 jam untuk seluruh proses pewarnaan. Bagaimana dengan Anda?

Happy watercoloring!

1 komentar: